IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN KONTEMPORER MENURUT
NILAI NILAI PANCASILA DAPAT MENINGKATKAN
KETAHANAN PANGAN NASIONAL
I. PENDAHULUAN
Dalam rangka membangun bangsa dan negara Indonesia yang tangguh di bidang pertanian, maka dibutuhkan pemimpin yang memiliki karakter atau sifat sifat kepemimpinan yang mampu merubah situasi saat ini menjadi situasi yang diharapkan terjadinya perubahan perubahan bagi kemajuan bangsa dan negara
Orientasi kepemimpinan nasional bersumber dan mengalir dari konsepsi paradigma nasional dan yang utama adalah mengimplementasikan konsepsi ketahanan nasional untuk mewujudkan tujuan nasional yakni masyarakat adil dan makmur yang dilaksanakan melalui pembangunan nasional yang terencana, terarah dan berkelanjutan, secara serasi, seimbang dan selaras antara pembangunan dibidang keamanan dan dibidang kesejahteraan. Peran strategis kepemimpinan nasional diuji dan ditantang untuk mewujdukan itu dengan segala permasalahan dan persoalan didalamnya.[1]
Jika dicermati ternyata dimana mana diseluruh pelosok tanah air hampir semua orang berbicara tentang masalah pangan dan berbagai persoalan yang melilit bangsa ini . Dalam kenyataan bangsa yang besar dan mempunyai wilayah dan sumberdaya alam melimpah. Semua berkat pemberian Tuhan ini, ternyata belum mampu dikelola secara baik, demi kesejahteraan masyarakat bangsa dan negara..
Sampai saat ini impor pangan tetap berlangsung, petani menjerit pada wilayah wilayah pertanian yang subur, nelayan sulit melaut dan semakin sulit mendapatkan hasil tangkapan yang memadai, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan banyak persoalan lain yang selalu menghadang bangsa ini.
Sangat ironis karena perilaku para pemimpin di negeri yang kaya ini, masih berkutat dengan retorika tanpa makna sebab para pemimpin nasional, belum mampu menjawab berbagai persoalan besar bangsa khususnya dibidang pangan. Semua pemimpin berbicara lantang, sambil mencontohkan beberapa negara tetangga yang kurang beruntung dari aspek geografi, iklim dan hampir tidak memiliki sumberdaya alam, namun sampai saat ini bangsa dan negara tersebut tetap eksis dan berdaya.
Berbagai permasalahan bangsa ini harus dijawab melalui sikap dan perilaku para pemimpin yang harus berubah untuk peduli dan cinta terhadap masyarakat bangsa dan negara. Kepemimpinan di Indonesia masih merupakan masalah besar, karena belum ditemukan para pemimpin yang benar benar mampu untuk mengeluarkan bangsa ini dari berbagai permasalahan.
Terkait dengan masalah kepemimpinan di atas maka T,B, Silalahi, mengatakan bahwa seorang pemimpin harus mempunyai integritas yakni seorang mempunyai kualitas yang menjunjung tinggi prinsip prinsip moral, kebenaran, kejujuran dan ketulusan. [2]
Dalam membangun Indonesia agar maju dan mandiri, dibutuhkan para pemimpin yang mempunyai moral dan etika. Para pemimpin harus mempunyai komitmen untuk melaksanakan nilai nilai Pancasila secara konsisten dan koksekwen dalam rangka membangun bangsa dan negara yang kaya sumberdaya alam dengan posisi strategi ini
Berdasarkan uraian di atas maka masalah dalam penulisan ini adalah : begaimana implementasi kepemimpinan kontemporer menurut nilai nilai Pancasila guna peningkatan ketahanan pangan nasional.
II.PEMBAHASAN
a. Hakikat Kepemimpinan Dalam Proses Pembangunan Bangsa
Hakikat kepemimpinan adalah seni untuk mengelola berbagai potensi dan juga permasalahan yang dihadapi, sehingga ditemukan jalan keluar yang terbaik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Leadership is the ability of an individual to influence, motivate and anable others to contribute toward the effectiveness and succes of the organization of which the are members.[3]
Sebagai mana diketahui bahwa krisis terbesar didunia saat ini adalah krisis keteladanan seorang pemimpin/krisis kepemimpinan. Krisis ini jauh lebih dahsyat dari krisis energi, kesehatan, pangan, transportasi dan air. [4]
Menghadapi isu isu global di atas, maka sebagai bangsa yang besar dibutuhkan pemimpin yang mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang super dalam rangka menata sistem pemerintahan secara bijak, sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan mandiri serta berdaulat dimata dunia internasional.
Pada hakekatnya kepemimpinan adalah proses untuk mempenaruhi orang lain atau kelompok lain untuk mencapai tujuannya . Kepemimpinan harus diawali dengan sikap dan tauladan yang dimiliki oleh seorang pemimpin, sehingga orang lain dapat menjafikan sebagai patron untuk dilaksanakan . Jadi sikap tauladan yang baik itulah yang harus menjadi inti dari proses mempengaruhi tersebut.
Menurut Darmakusuma, eksistensi dan kompetensi kepemimpinan nasional ditentukan oleh 5 ( lima ) hal utama yakni pertama ; kemampuan mempengaruhi orang lain, kedua ; kemampuan mengajak, ketiga :kemampuan menggerakkan, keempat : kemampuan mengambil keputusan, kelima : kemampuan sebagai tauladan.[5]
Banyak pakar yang mengemukakan pandangan atau pendapat mereka tentang kepemimpinan, yang intinya tidak lain adalah proses untuk mempengaruhi pihak lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kepemimpinan merupakan perilaku individu ketika dia mengarahkan kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan bersama kelompok tersebut. Koontz dan O Donnel, mengatakan bahwa kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum.[6] Selanjutnya menurut Stogdill, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan.[7]
Menurut Adi Sujatno, seorang pemimpin harus pandai menggerakan, mengajar dan mempengaruhi.[8] Jadi sebenarnya kepemimpinan itu merupakan seni untuk mempengaruhi melalui proses mengajar dan mendidik, baik secara formal maupun non formal serta informal, sehingga pihak lain tergerak dan terpengaruh untuk mengikuti pesan pesan yang disampaikan untuk diikuti,
Menjadi seorang pemimpin harus mampu menjadi contoh dan tauladan yang baik, karena pemimpin merupakan cermin, dimana semua orang berkaca tentang perilaku atau sifat sifat baik yang dimilikinya. Dengan demikian setiap ucapan dan perbuatannya senantiasa selaras dan memberikan makna serta manfaat yang besar dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam proses pembangunan nasional saat ini banyak pemimpin yang diorbitkan untuk memegang jabatan pada semua lini pemerintahan. Jika dicermati tidak banyak diantara mereka yang menjadi tauladan atau pola anutan bagi masyarakat. Banyak yang berperilaku tidak sesuai dengan nilai nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.
Para pemimpin yang mengabdi pada bidang legislatif, eksekutif maupun yudisial, belum sepenuhnya memberikan contoh yang baik bagi masyarakat. Hal itu juga berlangsung sampai pada struktur pemerintahan yang paling rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa dibutuhkan perubahan yang sifatnya revolusioner dalam membangun bangsa ini terutama perilaku para pemimpin saat ini.
b. Hubungan antara Nilai Nilai Pancasila Dengan Kepemimpinan Kontemporer.
Jika kita sudah sepakat dan mengatakan bahwa Pancasila itu merupakan kristalisasi dari nilai nilai yang hidup dan berkembang dalam pergaulan masyarakat Indonesia, maka sebenarnya tidak sulit untuk nilai nilai Pancasila dijadikan sebagai landasan bagi sikap atau perilaku para pemimpin nasional untuk membangun bangsa Indonesia.
Dikatakan demikian karena modal dasar itu sudah kita miliki dan berasal dari nilai nilai hidup yang sudah mengakar dalam seluruh tatanan budaya bangsa Indonesia. Jadi yang merupakan masalah adalah bagaimana proses internalisasi nilai nilai dapat berlangsung dengan baik, sehingga dapat dijadikan sebagai patokan atau acuan dalam rangka membangun bangsa dan negara.
Menurut Gunaryadi, nilai nilai kebangsaan harus menjadi panduan dan pedoman bagi bangsa Indonesia untuk membangun jati diri bangsa ( nation and character building ) dan membangun kesadaran mengenai sistem kenegaraan dan sistem nasional dalam menata kehidupan bangsa dan negara ( nation system building )[9]
Komitmen untuk melakukan perubahan yang besar kepada bangsa ini, bukan sekedar retorika, namun harus didasarkan pada perilaku dari para pemimpin sebagai pola anutan. Kesadaran untuk membangun bangsa dan negara Indonesia berdasarkan ideologi Pancasila sudah merupakan suatu komitmen nasional, yang tidak bisa dirubah. Jika hal itu bergeser dari kesepakatan dan komitmen sudah tentu berdampak bagi seluruh proses pembangunan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Menurut Adi Sujatno, salah satu pendekatan dalam kepemimpinan adalah nilai nilai kepemimpinan, karena nilai merupakan unsur penentu keberhasilan organisasi. Nilai adalah prinsip sosial, tujuan dan standar yang dianut atau diterima oleh individu, organisasi atau masyarakat. [10]
Jadi sebenarnya sebagai pemimpin nasional seharusnya terpatri dalam diri setiap pemimpin nilai nilai Pancasila. Hal ini dapat berlangsung dengan baik, jika muncul kesadaran yang sungguh tanpa rekayasa bahwa pemimpin nasional Indonesia diharapkan mencerminkan nilai nilai Pancasila dalam seluruh kebijakan pemerintahan..
Dalam kenyataan tidak demikian, sebab banyak diantara para pemimpin nasional yang belum menampakan sifat sifat kepemimpinan sebagai cerminan dari nilai nilai Pancasila. Kejahatan dan pelanggaran terjadi dimana mana dan hampir pada semua lini pemerintahan negara.
c. Kondisi Kepemimpinan Saat Ini
Kepemimpinan saat ini belum sepenuhnya menghayati dan melaksanakan nilai nilai Pancasila dengan baik dan benar. Pada hal diharapkan semua pemimpin bangsa dalam melaksanakan seluruh tugas dan tanggungjawab untuk membangun bangsa ini harus memiliki acuan atau pedoman yang jelas.
Terkait dengan implementasi nilai nilai Pancasila, Jenny M.Malik, mengatakan bahwa fenomena saat ini di Indonesia Pancasila, belum dipahami dan dimaknai serta dihayati secara baik, sehingga belum dilaksanakan secara konsisten[11]. Pancasila belum dirasakan manfaatnya oleh rakyat banyak. Para pemimpin kita masih sibuk dengan pembahasan terus menerus, namun implementasi masih jauh dari harapan.
Menurut Amin Rais, bahwa Pancasila dalam implementasinya sangat tergantung pada pemimpin saat ini, apakah mau melakukannya atau tidak. Bila bisa dilakukan maka korupsi di negara ini akan hilang dan negara ini berwibawa.jadi bila semua dikakukan maka Pancasila yang selama ini diagung-agungkan bisa tercermin dengan nyata dan berguna bagi kehidupan bangsa dan negara ini[12].
Banyak pemimpin nasional yang masih berpikir sektoral sehingga tidak memandang bahwa krisis pangan yang melanda dunia termasuk Indonesia merupakan tanggungjawab bersama.
Terkait dengan kondisi kepemimpinan saat ini, Darmakusuma, mengemukakan beberapa permasalahan kepemimpinan nasional saat ini yakni, pertama : kurang memahami moral dan etika kepemimpinan. Kedua :kurangnya integritas sebagai pemimpin, ketiga :kurang dapat melepaskan diri dari korupsi, keempat : kurang dapat memaknai secara tepat esensi plural, kelima : lebih mengedepankan kepentingan partai dari pada aspirasi rakyat, keenam : kurang memahami posisinya sebagai pemimpin yang mewakili rakyat.[13]
Terkait dengan hal itu maka sesuai dengan visi pembangunan nasional yakni mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur yang dijabarkan dalam misi yakni mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.[14] Hal ini berarti seluruh masyarakat termasuk para pemimpin bangsa harus menghayati dengan benar nilai nilai falsafah Pancasila sebagai landasan yang kuat untuk membangun bangsa menuju tujuan nasional yakni masyarakat adil dan makmur.
Menghadapi kondisi bangsa dan negara saat ini , maka seharusnya kita tidak boleh saling mempersalahkan, namun sebagai pemipin bangsa yang dipercayakan rakyat untuk menata negeri ini, seharusnya berperilaku yang baik dan membulatkan tekad yang kuat, untuk merubah nasib bangsa , agar dihargai dimata dunia sebagai bangsa yang bermartabat.
Segala sesuatu harus dimulai dari sikap dan perilaku para pemimpin yang memiliki visi atau mimpi besar untuk menggapai cita cita nasional yakni masyarakat yang adil dan makmur.
Bagi Indonesia tidak ada pilihan lain, selain bersikap dan bertindak menurut nilai-nilai Pancasila, sebagai ideologi, dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indoensia. Nilai nilai Pancasila harus menjadi batu uji kritis untuk mempertajam rasa nasionalime dan landasan manajemen pemerintahan, sehingga seluruh kebijakan dari para pemimpin, bermuara pada keamanan dan kesejahteraan masyarakat.
Indonesia saat ini, membutuhkan pemimpin kontemporer yang mampu menggerakan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Seluruh komponen bangsa dan negara yang ada harus ditata berdasarkan komitmen yang kuat dari para pemimpin bangsa, kemudian dilaksanakan dengan konsisten dan konsekwen. Tanpa komitmen yang kuat maka sulit untuk membangun bangsa berdasarkan nilai nilai Pancasila, serta hati nurani yang baik. Komitmen saja tidak cukup , tetapi harus diikuti dengan sikap konsisten dan konsekwen, sebagai wujud dari sikap integritas seorang pemimpin, sehingga apa yang dikatakan dan apa yang dipraktekan sejalan atau searah menuju cita cita luhur bangsa.
Apa yang dikemukakan di atas ternyata cukup memprihatinkan, karena kepemimpinan yang ada saat ini belum sepenuhnya memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat. Sifat kepemimpinan yang harus mengabbdi dalam nuansa sebagai pelayan bagi masyarakat yang dipimpinnya belum sepenuhnya diterapkan.
Dalam kenyataan khususnya dalam bidang pangan ditemukan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian serius antara lain :
Nilai nilai Pancasila saat ini masih sebatas wacana dan belum menjadi sebuah kebutuhan dalam mengelola pertanian dari suatu daerah dalam rangka peningkatan ketahanan pangan nasional.
Nilai nilai religius belum dimaknai sebagai nilai dasar, dimana manusia percaya dan yakin bahwa ada suatu kekuatan yang berkuasa menciptakan sumberdaya tertentu yang merupakan keunggulan dari suatu wilayah atau daerah. Begitupun dengan nilai nilai Pancasila yang lain, yakni Kemanusiaan Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan, ternyata belum dimaknai untuk dilaksanakan dalam peningkatan ketahanan pangan nasional.
Dikalangan pemerintah ternyata belum banyak yang memahami dengan baik, nilai nilai Pancasila terkait dengan pengelolaan pertanian dalam rangka penanggulangan masalah pangan nasional. Pemikiran sektoral yang selalu muncul ke permukaan merupakan bukti bahwa suatu isu misalnya pertanian atau pengan ternyata dapat dipecahkan dengan pendekatan nilai nilai ideologi Pancasila
Saat ini masyarakat terpola dengan berbagai pandangan yang sifatnya kedaerahan, sehingga sangat primordialis. Belum ditemukan suatu kebijakan yang sifatnya terpadu dan dapat memberikan nuansa kebersamaan dalam suasana persatuan dan kesatuan .
Demokratisasi dalam bidang pangan ternyata dihadapkan pada sistem pasar yang mengebiri hak hak petani yang membawa akibat bagi adanya kelesuan ekonomi yang mengarah pada kemiskinan secara merata. Petani tidak mempunyai posisi tawar yang kuat bila dihadapkan dengan pengusaha.
Ketika berbagai hasil hasil pertanian dimasukkan ke pasar ternyata pengusaha yang menentukan harga bukan petani maka ini sebenarnya merupakan hal yang sangat memprihatinkan . Mekanisme pasar yang pincang membuat para petani tidak berdaya, sehingga hal tersebut sudah tentu berpengaruh pada ketahanan pangan nasional, karena petani tidak mempunyai kebebasan yang merupakan ciri utama demokrasi.
d. Kondisi Kepemimpinan Yang Diharapkan
Kondisi kepemimpinan yang diharapkan adalah kepemimpinan yang melandasi seluruh pemikiran dan kebijakan yang sesuai dengan nilai nilai Pamcasila. Artinya nilai nilai Pancasila menjadi landasan utama yang mempengaruhi perilaku para pemimpin. Hal ini sangat penting karena nilai nilai Pancasila telah disepakati sejak semula untuk menjadi dasar negara, ideologi nasional, cita cita dan falsafah hidup bangsa Indonesia
. Pancasila megandung nilai-nilai antara lain, ketaqwaan, religiusitas, kesederajatan, kemanusiaan, keadaban, kebersamaan, kesetiakawanan sosial, kebhinekaan, kerakyatan, kebijaksanaan, kemufakatan, keadilan, keharmonisan dan kebersamaan.[15]
Pancasila mengandung nilai nilai filosofis yang tinggi, karena digali dari peradaban dan budaya bangsa Indonesia yang berkembang sesuai dengan dinamika masyarakat yang memiliki kearifan-kearifan tertentu.
Kandungan sila sila dalam Pancasila itu terbagi atas nilai nilai dasar, nilai nilai instrumental dan nilai-nilai praksis, yang kesemuanya itu meurpakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena saling terkait satu dengan lainnya.
Nilai nilai dasar yakni Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan keadilan. Nilai nilai instrumental dapat ditemukan dalam berbagai kebijakan pemerintah melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nilai nilai praksis ditemukan dalam kehidupan keseharian yang merupakan implementasi atau penjabaran lebih lanjut dari nilai nilai dasar dan nilai nilai instrumental.
Jika nilai nilai Pancasila tidak dipahami dan dipaksanakan dengan baik dalam seluruh dimensi kehidupan bersama sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat, maka bangsa ini kehilangan jati diri sebagai bangsa dan tidak mempunyai arah yang jelas dalam seluruh kebijakan pembangunan demi kepentingan serta kesejahteraan bersama.
Terkait dengan upaya peningkatan ketahanan pangan nasional, ternyata hal itu tidak terlepas dari pengaruh kepemimpinan nasional yang memahami nilai nilai Pancasila sebagai ideologi, cita-cita dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Terkait dengan peran pemimpin dalam ketahanan pangan, maka Bustanul Arifin mengatakan bahwa , pemimpin yang hebat ( great leader ) amat dibutuhkan untuk mewujudkan ketahanan pangan, karena dimensi komprehensif, ketersediaan, aksesibilitas, stabilitas harga dan utilisasi pangan[16].
Berbicara tentang peningkatan ketahanan pangan maka sudah tentu seluruh proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi, harus didasarkan pada nilai-nilai Pancasila, sehingga memiliki dasar pijak yang jelas dan tepat.
Berdasarkan proses yang dikemukakan di atas maka seluruh program dan kegiatan terkait dengan upaya peningkatan ketahanan pangan nasional harus mengandung nilai nilai Pancasila, yang dapat menjustfikasi dan memberikan arah serta penuntun demi mencapai tujuan yang diharapkan.
Kepemimpinan kontemporer yang berdasarkan nilai nilai Pancasila sebenarnya kepemimpinan yang harus memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi peningkatan ketahanan pangan nasional. Dikatakan demikian karena pengaruh seorang pemimpin yang memiliki sikap dan perilaku berdasarkan nilai nilai Pancasila, akan mampu mempengaruhi seluruh komponen bangsa terutama para petani, nelayan, pengusaha dan pedagang untuk mengarahkan seluruh proses produksi, distribusi dan konsumsi dengan tetap memperhatikan seluruh nilai nilai Pancasila secara kokoh dan utuh.
Menghadapi kondisi yang semakin krisis ini maka pemimpin bangsa yang diharapkan harus memiliki sifat dan sikap sebagai berikut :
a. Mengatahui, memahami dan menghayati serta mempu melaksanakan nilai nilai Pancasila secara konsisten.
b. Memiliki kepekaan yang tinggi terhadap berbagai fenomena dan permasalahan yang terjadi
c. Memiliki Integritas ( bermoral, etika jujur, adil dsb )
d. Memahami lingkungan strategi global, regional dan nasional
e. Memiliki sikap sebagai perencana, guru dan pelayan
f. Memiliki sifat cinta kasih terutama pada rakyat yang dipimpinnya.
.
e. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional
Dalam menghadapi kondisi global, regional maupun nasional yang semakin tidak menentu maka diharapkan muncul para pemimpin yang mampu memberikan pencerahan dan perubahan yang signifikan.
Saat ini dunia termasuk negara negara berkembang maupun terbelakang menghadapi isu krisis pangan. Isu ini tidak bisa dipandang sebagai hal yang biasa karena terkait dengan mati hidupnya suatu bangsa.
Menurut Budi Winarno, krisis pangan sudah menjadi isu global yang membutuhkan penanganan serius oleh semua aktor dalam dunia internasional. Masing masing negara mulai menggagas alternatif solusi untuk mewujdukan ketahanan pangan nasional, sehingga kualitas hidup masyarakat dunia dapat terjamin. [17]
Ancaman yang dihadapi dunia tidak lagi melulu pada ancaman keamanan tradisional semata seperti perang dan konflik, melainkan isu-isu yang berdampak langsung terhadap keberlangsungan hidup manusia. Terkait dengan krisis pangan yang sementara dihadapi dunia saat ini, diharapkan setiap aktor dan negara peka terhadap kebijakan ketahanan pangan.[18]
Akibat dari perilaku para pemimpin nasional saat ini yang kurang mencerminkan nilai nilai Pancasila maka hal itu berimplikasi pada sistem peneglolaan pertanian di Indonesia yang sampai saat ini belum sepenuhnya memberikan hasil yang menggembirakan.
Kehadiran seorang pemimpin untuk mempengaruhi masyarakat yang dipimpinnya terutama para petani, merupakan hal yang sangat penting dan menentukan. Para pemimpin kita harus belajar dari Presiden Venesuela, yang selalu hadir mendampingi para petani diladang-ladang pertanian untuk memberikan semangat membangun bangsa melalui bidang pertanian yang tangguh.
Sebenarnya nilai nilai Pancasila telah memberi arah kepada para pemimpin Indonesia agar bisa berperilaku sebagaimana layaknya pemimpin yang mampu memberi arah dan semangat kepada para petani. Falsafah pendidikan dan keteladanan yang sudah lama kita kenal Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, dan tutwuri handayani, dimana seorang pemimpin harus dapat mendorong dari belakang, ditengah memberi semangat dan didepan memberi arah, sangat penting untuk dipraktekkan dalam kehidupan kenegaraan kita saat ini.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
Kepemimpinan kontemporer menurut nilai nilai Pancasila dalam rangka ketahanan pangan nasional, belum diimplementasikan dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat, ber bangsa dan benegara.
Kepemimpinan nasional saat ini, masih berorientasi pada masalah masalah yang sifatnya sektoral, politis demi memperjuangkan kepentingan partai, kepentingan golongan dan sebagainya, sehingga belum sepenuhnya berorientasi pada isu isu global terutama pangan, yang terkait dengan mati hidupnya bangsa.
Kepemimpinan nasional yang diharapkan adalah kepemimpinan yang memiliki integritas : bermoral, peduli, jujur, adil, suka melayani dengan penuh cinta kasih kepada masyarakat atau rakyat yang dipimpinnya.
Dalam rangka ketahanan pangan nasional yang tangguh maka dibutuhkan kepemimpinan nasional yang hebat ( great leader ) yang mampu mengarahkan seluruh proses pemerintahan negara
Kepemimpinan nasional yang diharapkan kiranya dapat memahami hakikat falsafah : ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso dan tutwuri handayani.
Bahan Rujukan
Arifin Bustanul ,2012, Peran Kepemimpinan Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan, Makalah PPRA XLVIII Lemhannas RI Tahun 2012
Darmakusuma : 2012, Mengoptimalkan Sinergitas Kepemimpinan Nasional Guna Mendorong Katahanan Pangan Dalam Rangka Menjamin Tegaknya NKRI, Makalah, PPRA XLVIII, Lemhannas RI
Gunaryadi, 2012, Pemahaman dan Pengamalan Nilai Nilai Kebangsaan Dalam Rangka Ketahanan Pangan, Makalah PPRA XLVIII, Lemhannas RI,
Hardjatmo N.Jenny M.T, 2012, Implementasi Nilai Nilai Pancasila Sebagai Ideologi Nasional dan Terbuka Dalam Rangka Ketahanan Pangan, Materi Ceramah, PPRAXIVIII, Lemhannas RI .
Ingkiriwang Alberth, 2012 dalam Makalahnya tentang Postur Negarawan Dan Penerapannya Dalam Ketahanan Pangan, PPRA XLVIII Lemhannas RI
Muladi dan Adi Sujatno ,2011, Traktat Etis Kepemimpinan Nasional & Indeks Kepemimpinan Nasional Indonesia, RMBOOK Rakyat Merdeka Group, Jakarta
Materi Bidang Studi Ideologi dan UUD NRI 1945, 2012, PPRA XLVIII, Lemhannas RI
Materi Pokok Bidang Studi Kepemimpinan Buku 1, 2012 , PPRA XLVIII Lemhannas RI
Rais Amin, Mantan Ketua MPR RI, Nilai Nilai Pancasila Harus Dilaksanakan Dengan Benar, http.// Inilah.com. diunduh tanggal 3 Juni 2012, pukul 12.45
.
Silalahi T.B. 2012, Visionaries Leadership dan e-Leadership, Materi Ceramah, pada PPRA XLVIII, Lemhannas RI Jakarta
Sujatno Adi 2012, Kepemimpinan Kontemporer Dalam Rangka Ketahanan Pangan, makalah Lemhannas RI
Winarno Budi , 2011, Isu Isu Global Kontemporer, Center For Academic Publishing Service. Jakarta
[1] Materi Pokok Bidang Studi Kepemimpinan Buku 1, PPRA XLVIII Lemhannas RI tahun 2012, h. 27.
[2] T.B. Silalahi, Visionaries Leadership dan e-Leadership, Materi Ceramah, pada PPRA XLVIII, Lemhannas RI Jakarta Juli 2012, h. 10.
[3] House R.J. yang dikutip oleh Alberth Ingkiriwang, dalam Makalahnya tentang Postur Negarawan Dan Penerapannya Dalam Ketahanan Pangan, PPRA XLVIII Lemhannas RI Tahun 2012, h,8
[4] Adi Sujatno, 2012, Kepemimpinan Kontemporer Dalam Rangka Ketahanan Pangan, makalah Lemhannas RI tahun 2012, h.1
[5] Darmakusuma : Mengoptimalkan Sinergitas Kepemimpinan Nasional Guna Mendorong Katahanan Pangan Dalam Rangka Menjamin Tegaknya NKRI, Makalah, PPRA XLVIII, Lemhannas RI Tahun 2012
[6] Koontz dan O Donnell, dalam Muladi dan Adi Sujatno,2011, Traktat Etis Kepemimpinan Nasional & Indeks Kepemimpinan Nasional Indonesia, RMBOOK Rakyat Merdeka Group, Jakarta h.36
[7] Stogdill, dalam Muladi dan Adi sujatno, Ibid
[8] Adi Sdjatno, Kepemimpinan Kontemporer Dalam rangka Ketahanan Pangan, Makalah PPRA XLVIII, Lemhannas tanggal 4 Juli 2012,
[9] Gunaryadi, Pemahaman dan Pengamalan Nilai Nilai Kebangsaan Dalam Rangka Ketahanan Pangan, Makalah PPRA XLVIII, Lemhannas RI, Tahun 2012, h. 2
[10] Adi Sujatno, Op Cit, h 13.
[11] N. Jenny M.T Hardjatmo , Implementasi Nilai Nilai Pancasila Sebagai Ideologi Nasional dan Terbuka Dalam Rangka Ketahanan Pangan, Materi Ceramah, PPRAXIVIII, Lemhannas RI Tahun 2012.
[12] Amin Rais, Mantan Ketua MPR RI, Nilai Nilai Pancasila Harus Dilaksanakan Dengan Benar, http.// Inilah.com. diunduh tanggal 3 Juni 2012, pukul 12.45.
[13] H. Darmakusuma Mengoptimalkan Sinergitas Kepemimpinan nasional Guna Mendorong Ketahanan Pangan Dalam Rangka Menjamin Tetap Tegaknya NKRI, Makalah pada PPRAXLVIII, Lemhannas RI, Jakarta 2012, h